5 November 2011

Kuliah untuk Mendapat Ilmu, Bukan Ijazah ( Kisah Soichiro Honda )




Pada tahun 1938, Soichiro Honda berniat membangun usaha bengkelnya sendiri. Namun, ia terus memikirkan produk pertama yang akan di buat oleh bengkel mesinnya itu.
Toyota sudah melaju sebagai salah salah satu produsen mobil di Jepang. Merekan sangat membutuhkan berbagai komponen mesin untuk digunakan pada mobil mereka. Piston menarik perhatian Honda. Ia membawa contoh piston buatannya kek kantor pusat Toyota. Piston itu di tolak karena kualitasnya buruk, jauh di bawah standar.

Honda lalu jatuh sakit karena merasa investasinya sia-sia pada pembuatan ring piston. Dua bulan kemudian, Honda sembuh dan kembali ke bengkel. untuk memecahkan masalah ring piston yg belum terpecahkan, Honda yg sudah berusia dewasa memutuskan untuk mendaftar kuliah untuk teknik mesin.

Paginya ia kuliah, siangnya kembali ke bengkel untuk menguji apa yang telah di pelajari dikampus. Namun, tidak semua mata kuliah yg ia ikuti. Honda hanya mengikuti kuliah yg berkaitan dengan pemesinan saja. Pada mata  kuliah lain ia bolos. Hal ini tidak di sukai pihak rektorat. setelah dua tahun kuliah, Honda di panggil menemui Rektor.

Ketika ditanya mengapa tidak datang waktu kuliah, Honda mengatakan bahwa kuliah untuk mencari ijazah melainkan ilmu yg bisa diterapkan dalam kehidupan. Tetapi, alasan ini malah ditanggapi sebagai penghinaan terhadap institusi pendidikan. Honda dikeluarkan dari universitas dan tidak boleh lagi mengikuti kuliah.

"Sukses terdiri dari 99 persen kegagalan"
  "Soichiro Honda"

"Aku kesal seperti seseorang yg kelaparan yg bukannya diberi makan malah diberi penjelasan tentang bagaimana makanan bekerja di dalam tubuh dan fungsi-fungsinya." Begitulah penjelasan Honda tentang pengalamnnya berkuliah..."


Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes